Saturday, November 03, 2012

Bulan Hampir Separuh

Hari-hari di awal bulan September adalah hari-hari ketika siang mulai memendek. Musim panas hampir usai, sesekali kami masih bisa menikmati bonus matahari walaupun tak sehangat matahari bulan Agustus. Beberapa helai daun mulai menguning, musim gugur hampir tiba. Kunamakan saja musim ini musim terang, karena durasi siang masih relatif panjang dibandingkan di wilayah khatulistiwa.

Bulan ini adalah bulan perpisahan. Aku bangun pagi-pagi sekali seperti biasa. Namun ada yang sedikit berbeda, sarapan pagi itu adalah sarapan terakhirku bersama sahabat baruku di sini. Waktunya sudah tiba, dia harus kembali ke tanah air. Pertemuan yang tak lama, 6 bulan saja, namun kuanggap istimewa. Sahabatku Dwenda, yang 5 tahun lebih muda, wanita yang cerdas, ceria dan multitalenta. Semoga suatu hari kami bisa bertemu lagi.

***

Masih ingat hari-hari pertama bulan November tahun lalu? Pertemuan pertamaku dengan seorang wanita muda, cerdas dan baik hati. Ya, dia sahabatku, Moni. Bulan ini pun waktunya kami berpisah. Pagi itu dia tak nampak lagi di kantor, biasanya dia adalah orang pertama yang hadir di kantor kami, tak peduli mau musim apa, di tengah winter yang dingin menusuk sekalipun dia selalu datang paling pagi. Mejanya sudah tampak kosong, hanya tersisa satu dua bundel file.

Di mejaku tergeletak sebuah buku dari Moni, buku disertasinya yang sengaja dia tulis dalam bahasa Inggris. Kubuka halaman pertama, disana terangkai tulisan tangannya:

"Dear Hesty, It's been a pleasure to meet you. I hope you enjoy the rest of your stay here and accustomed with the cold weather in Germany. Ich drücke dir die Daumen für die Promotion! :)"

Ah, Moni, senang rasanya bisa mengenal orang sepertimu. Kubuka lagi beberapa halaman berikutnya. Aku tahu, nanti aku akan merindukanmu. Kau orang pertama yang kukenal di negeri ini. Orang pertama pula yang rela membantuku sejak pagi buta sampai larut malam di minggu-minggu pertama kedatanganku. Pun, kau juga orang pertama yang mengajarkanku banyak hal di laboratorium.

Pagi itu, matahari baru sepenggal galah, sinar hangatnya menyirami bukit-bukit berkabut di selatan kampusku, bukit-bukit hijau tempat petani berladang di musim panas. Sesekali berkerumun domba dan kuda-kuda. Kulihat bulan hampir separuh, malu-malu mengintip dari balik gedung Matematika. Di sebelah barat bergumpal-gumpal awan serupa bulu domba, sisa hujan kemarin petang. Pagi yang istimewa utuk mengenang para sahabat, dan tak terasa hari-hari berlalu begitu cepat. Aku berhenti sejenak memandang lepas ke kejauhan, kuhirup nafas dalam-dalam. Tiba-tiba aku merasa bersyukur telah dipertemukan dengan mereka, sahabat-sahabat yang istimewa.

Bochum, 5 September 2012


No comments: