Monday, December 02, 2013

Menjalani Mimpi-Mimpi

Aku masih memimpikan banyak hal, tentang dunia penelitian yang bersinergi satu sama lain. Dunia penelitian yang kuhadapi saat ini begitu ideal untuk ukuran orang Indonesia. Betapa tidak, peneliti-peneliti di bidang kedokteran senantiasa bahu membahu bersinergi dengan kami peneliti-peneliti di bidang Engineering. Hal yang masih sulit kita temui di tanah air kita tercinta. Namun, bukan hal yang mustahil, bukan?

Ingatanku melayang-layang jauh ke belakang. Pada suatu siang yang panas, lebih dari 10 tahun yang lalu, aku yang terkantuk-kantuk karena mulai bosan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, tiba-tiba ditunjuk ke depan kelas untuk menceritakan mimpi dan cita-cita di masa yang akan datang. Lalu dengan spontan aku menceritakan mimpi-mimpi yang ada dalam kepalaku saat itu. 

Dari sederet mimpi itu, aku uraikan bahwa suatu hari nanti, aku ingin meneliti di suatu lembaga penelitian atau universitas di negara maju, entah di mana, pokoknya ingin saja. Saat itu kukatakan alasannya, sederhana saja, aku hanya ingin tahu apa yang orang-orang lakukan di luar sana, singkatnya aku ingin melihat dunia.

Lalu, sekarang aku menjalani mimpi itu sedikit demi sedikit. Masih berkelut tak habis-habis dengan perjuangan yang juga tak mudah. Namun, sedikit pun aku tak pernah menyesal telah memilih jalan ini. Lalu, alasan sederhana belasan tahun yang lalu itu, kini bertambah dengan kesadaran-kesadaran lain, kesadaran akan manfaat dan tujuan hidup di dunia ini. Suatu saat aku yakin, insyaAllah apa yang aku pelajari hingga saat ini ada manfaatnya. Syukur-syukur bisa dirasakan kontribusi nyatanya dalam aplikasi klinis, suatu hari nanti. Agar lebih banyak lagi dokter yang bisa membantu para pasiennya.

Beberapa bulan terakhir ini, aku dipertemukan dengan orang-orang yang luar biasa. Aku diberikan kesempatan oleh Allah untuk mengenal lebih dekat apa-apa yang dilakukan para dokter di rumah sakit, masalah-masalah apa yang sering dihadapi pasien, lalu mendiskusikannya dengan Profesor pembimbingku, yang notabene adalah seorang "insinyur". Dua tahun belakangan ini, beliau sudah seperti pamanku sendiri, yang masih sabar dan tak lelah menjadi pendengar dan kawan diskusiku hampir setiap minggu.

Suatu hari nanti akan kuceritakan, Kawan, apa yang aku geluti saat ini, dalam dunia "Medizintechnik/ Medical Engineering", sebuah nama yang dulu sangat asing di telingaku. Lalu kuputuskan untuk berakrab-akrab dengannya sejak 5 tahun belakangan ini. 

Oiya, jika suatu hari nanti, kau juga diberikan kesempatan untuk sekolah lagi dan melihat dunia, ambillah cepat-cepat kesempatan itu, Kawan. Niscaya, engkau tak akan menyesal. Sekian banyak tantangan, kesulitan, dan halangan akan menempa jiwamu sekeras baja, agar tak cengeng menghadapi dunia yang kian sombong ini. 

Ada hal lain yang tak kalah menarik, aku dan beberapa orang kawanku yang juga mengalami nasib serupa, "terdampar" di negeri antah berantah, jauh dari bangsanya ini, diam-diam menemukan bakat-bakat tersembunyi, yang kadang kala sulit kita temukan dengan sengaja. Mungkin aku menyebutnya sekedar hobi saja, tak percaya diri jika aku menyebutnya sebagai bakat terpendam.

Lalu pada akhirnya, Kau pun akan pula berpikir, betapa lemahnya diri ini, betapa hanya sedikit ilmu yang kita ketahui, dan betapa Maha Hebat-nya Allah, Yang Menciptakan dunia beserta segala isinya dengan sangat sempurna.

Bochum, 2 Desember 2013
Catatan ini kutulis untuk guru-guruku yang sangat hebat yang tak bisa kusebutkan satu per satu, terutama Bu Nuraini dan alm. Pak Asnawi, serta pasien-pasien di luar sana yang sedang berjuang melawan penyakitnya. Tetap semangat!

No comments: