Wednesday, July 02, 2014

Catatan Ramadhan 1435 H - 5 Ramadhan, Sahabat-sahabat Sepanjang Masa

Beberapa tahun yang lalu ketika pertama kali aku mulai mengerjakan Tugas Akhir sarjana di laboratorium, dipertemukanlah aku dengan sekelompok anak muda yang hingga hari ini menjadi sahabat-sahabat baikku. Kami menghabiskan sebagian besar waktu bersama, tak jarang hingga larut malam ketika eksperimen-eksperimen menunggu untuk dikerjakan. Jika tiba bulan Ramadhan, tak jarang pula kami masih berada di kampus saat waktu berbuka. Biasanya kami akan berbuka puasa bersama di Masjid Salman atau warung-warung makan di sekitar Jalan Gelap Nyawang. Lain waktu menjelang libur lebaran, Pak Supri kepala lab kami, Lab Instrumentasi Medik, akan mengajak kami berbuka puasa bersama di lab. Momen ini biasanya kami jadikan ajang berkumpul bersama sebelum sebagian besar dari kami mudik ke kampung halaman masing-masing.

Assembly Point di kampus ITB
Hari-hari yang kami lalui bersama sedikit banyak telah mengubah sebagian besar hidupku dalam beberapa tahun belakangan ini. Aku pun belajar banyak hal dari mereka, tak cukup pula waktu rasanya jika sudah berkumpul bersama, mulai dari mengerjakan hal-hal serius sampai hal-hal paling konyol. Pernah pada suatu periode, ITB mendirikan rambu-rambu penanda untuk berkumpul pada keadaan darurat atau Assembly Point di sejumlah titik di wilayah kampus. Kalau aku tak salah ingat tersebar di 21 titik. Entah angin apa yang membawa kami, pada suatu hari tercetus ide untuk berfoto bersama di setiap titik tersebut. Hampir setiap akhir pekan kami berkeliling kampus dan mengabadikannya dalam foto-foto tak penting, kami sampai hampir hafal di mana letak titik-titik tersebut. Kegiatan konyol tak penting ini lalu kami namakan “Wisata Assembly Point”. Ketika itu entah serius atau bercanda kami sering berseloroh, suatu hari nanti kami harus melanjutkan wisata Assembly Point ini sampai ke luar negeri.

Assembly Point di Ruhr Universität Bochum
Sekian tahun berlalu, nasib pun membawa kami sampai ke negeri-negeri yang jauh. Kami harus berpisah karena mimpi-mimpi yang dulu kami rajut bersama, mimpi untuk sekolah lagi. Dalam 4 tahun terakhir ini kami hidup terpisah-pisah, aku di Bochum, sahabat-sahabatku yang lain memilih ke Bremen (Jerman), Nijmegen (Belanda), London (Inggris), Dallas (Amerika Serikat), Manchester (Inggris), Tsukuba (Jepang), dan beberapa memilih tetap berada di tanah air. Saat tiba bulan Ramadhan seperti ini, meskipun kami tak bisa berbuka puasa bersama lagi, tetapi keseharian yang kami bagi dalam group chatting cukuplah menggantikan kebersamaan itu. Di saat sahabat-sahabatku di tanah air berbuka puasa, kami yang di Eropa masih merasakan terik panas tengah hari, lalu yang di Amerika baru lepas waktu subuh untuk memulai puasanya, sementara yang di Jepang sudah akan siap-siap sholat Tarawih. Kebiasaan berfoto di Assembly Point  pun masih kami lanjutkan sampai sekarang. Suatu hari nanti akan tiba saatnya ketika kami diizinkan Allah untuk kembali bersama. Lalu, serpih-serpih kenangan itu akan kami susun mozaiknya pada suatu masa ketika kami tak lagi muda, sejuta cerita tentangku, tentang kita. 

Bochum, 2 Juli 2014